RSS
Sepanjang jalan tol, sangat mudah untuk ngebiarin perhatian lo kerengut sama lampu jalan yang berderet sepanjang perjalanan, dengan sinarnya yang kuning, seolah-olah menjanjikan keamanan. Apa iya?

Keamanan, kenyamanan, hidup. Rasanya tiga hal itu saling berhubungan, well seharusnya selalu berhubungan. Hidup semestinya selalu aman dan nyaman. Beda dengan mati. Saat mati tak butuh apapun. Usai.

Kematian sebenarnya selalu lebih gampang, tapi kenapa terasa begitu menakutkan, kenapa manusia berjuang supaya bisa menunda kematian selama mungkin. Dan gue, gimana dengan gue?

Sudah dari beberapa tahun yang lalu kematian bukan lagi jadi sesuatu yang asing, bukan lagi sesuatu yang hanya terjadi pada orang lain, well, walau tentu aja yang mati itu bukan gue, ga pernah gue, tapi there it is, right in front of me, slap me in my face, hard.

Dan udah dari bertahun2 yang lalu juga gue sadar, bahwa ga ada yang nggak mungkin, that i am not bullet proof, anything could be happened, no matter how hard, bad, n ugly they were. And most of those ugly things already happened, to me. And i always be able to face, to walked through it, to left all of those things behind. everything who cant kill you only make u stronger, right. But what if, the next ugly thing i face kills me? And then what?

I never afraid of dying, hell, i never plan to live a long age anyway, but it change now. Die is not that easy anymore, not when u have a baby that would be raise by his horrible father when u're gone.

my life is not mine anymore, so i better take a better care of it.

I hate monday, seriously hate it...

okaaay...so the M from PMS gue hasn't arrive yet...maybe that's why i'm really cranky right now. aside for feeling bored, and jaded, and cynical...i also find other people including some of my good friends, just by seeing their tweets in my timeline, absolutely hateable. urrgh...

i found everybody annoying!

ready or not

lately my mind was occupied with the love life, or in my case, the lack of it.
agak terobsesi sama keinginan buat berpasangan, tapi ternyata keinginan itu cuma dipermukaan.

sepertinya gue belum siap buat terlibat dalam suatu hubungan lagi. ga pengen ada yang nanya2 gue mau kemana, ketemu sama siapa, mau ngapain. rasanya rese aja, bikin suffocate. mungkin bias dari hubungan sebelumnya.

atau mungkin belum ada orang yang benar2 gue inginkan yang menanyakan pertanyaan itu.

yeah, whateverlah.

laguku untukmuuh!

Yak,keobsesifan gue dimulai lagi, with this new choice of song,wohohoho...

Reality
Richard Sanderson


Met you by surprise, I didn't realize
that my life would change forever
saw you standing there, I didn't know I cared
there was something special in the air.

Dreams are my reality
the only real kind of real fantasy
illusions are a common thing
I try to live in dreams
it seems as if it's meant to be.

Dreams are my reality
a different kind of reality
I dream of loving in the night
and loving seems alright
although it's only fantasy.

If you do exist, honey don't resist
show me a new way of loving
tell me that it's true
show me what to do
I feel something special about you.

Dreams are my reality
the only kind of reality
maybe my foolishness has past
and maybe now at last
I'll see how a real thing can be.

Dreams are my reality
a wonderous world where I like to be
I dream of holding you all night
and holding you seems right
perhaps that's my reality.

Met you by surprise, I didn't realize
that my life would change forever
tell me that it's true
feelings that are cue
I feel something special about you.

Dreams are my reality
a wonderous world where I like to be
illusions are a common thing
I try to live in dreams
although it's only fantasy.

Dreams are my reality
I like to dream of you close to me
I dream of loving in the night
and loving you seems right
perhaps that's my reality.

@#!*$^&

Hari ini sama sekali nggak cerah. Kenapa? Karena tadi gue berangkat tanpa bertemu siapapun yang berarti. *sigh*

Akhir-akhir ini mood gue memang ditentukan oleh seorang asing, mungkin saking hampanya kehidupan cinta gue kali ya, mwuahaha. On the better not, it's fun, dan membuat gue merasa muda lagi, hihihii. Pokoknya bener2 dah kayak ABG labil deh, kalau ketemu seneng, giliran enggak ketemu, ya bete-nya naujubilah kayak sekarang ini. Ternyata masih ada sedikit sisi kekanak-kanakan gue yang tersisa. Soalnya lately i feel really old and dull.



Kemaren saking bosennya di kantor, tapi nggak mood buat melakukan apa yang seharusnya gue lakukan, yaitu: bekerja, akhirnya gue baca2 lagi postingan lama gue, termasuk beberapa draft curhatan yang nggak dipublish karena rasanya berlebihan. dan well, itu semua bikin gue geleng-geleng kepala sendiri. I was really miserable, how could i put up with it for that long, ckckckck. Heran banget gue. But for what it's worth, thank god that chapter of my life is eventually over. Could be sooner though.

Sebentar lagi, chapter hidup gue di GADIS, Top diantara yang Pop ini juga akan segera berakhir, sebuah chapter baru di tempat lama akan segera gue rangkai. Semoga semuanya menjadi semenyenangkan babak yang dulu sudah berakhir di tempat itu. Although most people that made it that fun is not there anymore, tapi mungkin akan ada orang-orang lain yang bisa membuatnya jadi berarti.

feeling giddy xD

Cap Cip Cup

karena sedang terobsesi sama beautiful-but-not-that-beautiful stranger that i meet almost everyday on the train, beberapa lagu berikut ini sering terdengar meraung2 dikepala gue...

mulai dari lagu jadul jaman dulu

"ow ow siapa dia? bolehkah aku melihat raut wajahnya...ow ow siapa dia?"

lalu berganti ke lagu yang lebih creepy

"hello, i love you, please tell me your name..."

sampai yang rada2 melankolis

"Hello, is it me you're looking for?
'Cause I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I haven't got a clue
But let me start by saying ... I love you"

ahahhaha....

doh, seriously. i should really stop this madness. arg!

Cowok Kereta

“Eh itu ya, cowok CCP-an lo?” kata Mba Marni pagi itu waktu gue dengan asalnya melempar pantat duduk disampingnya.
“Heh? Yang mana, Mba?” jawab gue sambil celingukan, walau berusaha nggak terlalu ketara. Sampai akhirnya gue melihat seorang cowok yang duduk di bangku dekat pintu kereta. Yah, kami semua memang sedang di kereta. Kendaraan yang bak ular naga panjangnya setiap hari gue naiki dalam rangka mencapai kantor. “Hihihi,iya Mba, kok tahu, sih?”
“Ya gimana enggak, keliatan banget gitu,” Mba Marni menjawab dengan gaya juteknya yang biasa.
“Hah, siapa yang keliatan banget? Aku, Mba? Wah gawat dong…!” Wajar dong kalau gue panik. Walaupun gue emang ngegebet cowok itu, tapi bukan berarti gue pengen maksud hati gue terpampang sejelas itu.
“Bukan, dodol. Dianya…”
Gue cuma mengikik genit. Kesenangan sendiri. Ya iyalah, gimana enggak. Kalau Mba Marni aja yang pertama lihat langsung sadar, berarti gue selama ini nggak ke-geer-an dong. Cowok itu MEMANG ngeliatin gue.
“Udah kali sana samperin, ngapain juga lo duduk di samping gue.”
Gue cuma bisa melongo, dan memandang Mba Marni dengan tatapan nggak percaya. Mba Marni itu sekretarisnya bos gue, di kantor terkenal sama kegalakkan dan kejutekkan. Kok tiba-tiba malah dengan yakinnya nyuruh gue nyamperin cowok yang nggak gue kenal buat, yah, ngajak kenalan?
“Nggak ah, malu. Hehehe…”
Mba Marni cuma mendengus nggak sabar, lalu kembali asik membolak-balik Koran yang sebelumnya lagi dia baca sebelum gue datang. Nggak ada kerjaan, ya gue mulai lah ritual keseharian gue seminggu belakangan ini. Yaitu, lihat-lihatan sama si cowok asing. Hahaha, rada pathetic emang, umur segini masih aja kelakuan kayak anak SMP.
Memangnya siapa sih cowok itu? Jujurly, gue juga nggak tahu, hahaha. Yang pasti sudah beberapa hari lamanya setiap kali di kereta kita berdua pasti asik sendiri colong-colongan pandang. Dia yang mulai, lho, bukan gue. Gue sih cuma ngeladenin aja, walau akhirnya malah penasaran setengah mati.
Actually, he’s NOT that good looking, but quite attractive. Gue juga nggak bakal notice dia kalau nggak mergokin dia ngeliatin gue. Ge-er much? Ya, nggak apa-apa lah. Kalau menurut deskripsi-nya Mba Marni, yang gue paksa jelasin saat ngelaporin kejadian tadi pada teman-teman di kantor, begini penampilannya,
“Tinggi, badannya lumayan tegap, kulitnya sawo matang. Ganteng lah…” yang langsung gue sanggah,
“Nggak ganteng kali Mba…”
“Ganteng lagi, yah lumayanlah,” tegasnya.
So, balik ke cowok misterius itu. Dia sekarang sudah jadi lumayan terkenal di kalangan teman-teman gue. Ya, apalagi kalau bukan karena gue nggak bisa berhenti ngomongin dia. Sampai beberapa teman kantor ikutan gemes, dan memaksa gue buat ngajak cowok itu kenalan duluan. Duh, sory dory mory deh. Apa kata dunia nanti. Halah, hahaha.
Sebenarnya, gue memang sudah gregetan banget sih sama situasi ini. Karena cara lihat-lihatan kami sudah berlebihan, I mean, everybody could see it, why don’t just he (ya dialah, masa gue) ask me already.

Balii???

am i being too selfish,i mean it just for two nights.
shit! i am so upset i don't know what to write.
i really want to go there, after the plan that got cancel, and now i finally got the chance.

i was so happy i feel like hitting the roof, but now, the gravity's pulling me so strong i can't even jump.
ah, shit!

i deserve this! after everything that happened in my life i deserve a little vacation right?? and this is not even a vacation, i still got some reporting to do. why can't they just let me go happily, without the sighing and whining.
it's not like i ask them to take care of Eijaz for the rest of his life, it just for freaking two days, on the weekend. when they are so many people in that stupid house. and i only ask them to look after Eijaz on the night. oh, why can they just do it??

ah shit, maybe i am the selfish one.
like always.
shit.

do it right *yeah,rite*

"will you be okay with it" she asked.

"not,not really..."

not really indeed,but what the hell.. it's not like i can not survive with something not really okay. i can't survive with much worse than that.i'm a survivor, definitely. it's my blessing, and also my curse. maybe everything will be different and much easier if i were a weaker person.

but then again,maybe not. it's a moot point anyway,or like someone said it was a historic statement.we will never know,since it won't happen.

Selalu Ada Sesuatu

"what am i to you? are we just two old friends reminiscing the old days and hanging out together. or is there something more?"

"selalu ada sesuatu..."

...

"they said what we have,well had, was something really special..."

"memang,kan. bahkan sampai sekarang."

"hahaha, sampe sekarang?"

"iya..."

"kenapa,ya?"

"don't know. yang pasti setiap gue habis ketemu lo pasti chemistry-nya keluar lagi"

"berarti kita nggak boleh ketemu-ketemu lagi..."

"terlambat... :)"

another unfinished story


KOMEDI PUTAR


Serena menyandarkan badan mungilnya pada pagar pembatas. Ditatapnya komedi putar yang sedang berputar pelan itu dengan tatapan kosong. Angin malam yang berhembus membuat gadis itu sesekali menggigil, apalagi pakaiannya hanya celana pendek dan kamisol.
“Mau naik?” sebuah suara tiba-tiba terdengar dan mengagetkan Serena. Dia tersenyum tipis sebelum berbalik badan.
“Kok Adit ada disini?” tanyanya sambil tersenyum lebar.
Yang ditanya cuma mengangkat bahu dengan malas. “Menurut lo kenapa?” Adit menjawil hidung Serena. “Ada anak kecil nekat kabur dari rumah, dan gue kena titah harus nyari,” lanjutnya dengan muka sewot.
Serena terkekeh, yang bikin muka Adit makin merenggut sebal. “Udah dari jam berapa lo disini?”
“Dari sebelum gelap,” jawab Serena. Adit hanya diam. Diulurkannya tangannya yang langsung disambut oleh Serena.
“Terus, udah naik apa saja?” Serena hanya menggeleng pelan. “Ck, sayang banget, sih.” Gerutu Adit pelan.
“Kan males Dit, naik mainan sendiriii...” Serena memonyongkan bibirnya dan memasang muka memelas.
“Nah, trus lo ngapain kesini kalau nggak mau naik apa-apa?” Ditanya begitu Serena hanya diam, dan menunduk. “Lo naik apa kesini?” Adit bertanya pelan sambil tangannya memegang dagu Serena.
“Naik taxi,”Serena berusaha melihat ke arah lain, dan nggak mau menatap langsung ke arah Adit.
“Habis berapa?”
“seratusan...”
Adit berdecak. “berarti hampir dua ratus sama tiket, kan?” Serena mengangguk lagi. “Terus semua itu cuma biar lo bisa melototin mainan-mainan ini?” Serena nggak menjawab apa-apa. Akhirnya matanya menatap mata Adit. Tapi sekarang mata itu berkilau dibawah lampu, basah karena air mata.
Adit mendesah. Dengan sedikit kasar ditariknya Serena ke dadanya. Dibiarkannya gadis itu terisak-isak disana. Masih tanpa suara Adit membelai rambut Serena lembut. “lain kali kalau mau pergi-pergi, gue jangan lupa diajak, at least kan kita bisa patungan taxi...” kali ini Adit bisa merasakan bahu Serena berguncang karena tawa. “Sssh, udah ah nangisnya. Masih ada setengah jam nih, lo mau naik apa?”
Serena melepaskan diri dari Adit, dengan asal dia menghapus airmatanya, “Adit mau naik apa?” Adit hanya mengangkat bahu dengan gaya khasnya. “Hmm, ya udah, kalau gitu kita naik gajah-gajahan aja yuk... aku lagi malas naik yang heboh-heboh,” katanya sambil menarik tangan Adit menuju tempat permainan itu.
Adit hanya pasrah dan membiarkan dirinya ditarik ketempat permainan yang dibuat khusus untuk anak-anak itu. “Adit...” dia mendengar Rena berbisik pelan, “kita bakalan sama-sama terus,kan? Nggak kayak Mama dan Papa?”
“Pasti...”bisiknya.

***

fiction:something that i wrote, something that i made up

i miss him. Damn,this is not good. Sambil sibuk mengutak-ngatik dicsman pinjaman, kuingat-ingat lagi kejadian kemarin.


"Hey.. Macet ya?" dia berdiri buat menyambut kedatanganku. Aku tersenyum lebar dan mengambil tempat duduk disampingnya.

"Nggak, tapi sopir gue ambil jalannya aja ngaco, jadi muter-muter gitu," gerutuku. Dia mengangguk sambil memindahkan tasnya agar dudukku lebih nyaman. Sambil sedikit merapikan meja yang bertebar berbagai catatannya dia menanyakan ruteku sepintas, yang kujawab dengan keterangan tak jelas. Setelah dudukku nyaman kuteliti kertas menu. DIa memandang sekeliling kami.

"mau pindah nggak, kesitu?" tanyanya sambil menunjuk sebuah sofa panjang berwarna merah yang memang terlihat lebih nyaman dibanding tempat duduk kami sekarang.

"boleh," jawabku.

Dia sempat menghilang untuk mencari pelayan, jadi aku duduk di sofa itu sendiri. Kupandangi kafe kecil itu. Nuansanya kecoklatan, cahaya yang mengisi ruangannya terlihat suram, hanya berasal dari sebuah jendela besar di salah satu dindingnya. Ruangan itu sedikit pengap, dipenuhi asap rokok yang mengepul di dalam ruangan ber AC ini. Aku hanya bisa melihat siluet para pengunjung lain yang memenuhi lantai dua tempat ini. Aku menyukainya. Tempat ini mendukung pertemuan kami yang sifatnya memang agak rahasia.

Dia sudah datang kembali, dan duduk disampingku. Aku tersenyum tipis oleh fakta ini mengingat dulu dia pernah bilang posisi ini konyol, karena membuat kami terlihat seperti penonton bioskop tanpa layar untuk diamati. Tapi toh belakangan dia mengakui, bisa duduk disampingku jauh lebih penting dibanding posisi keren manapun.

Dia lalu menyakan kisahku, aku bercerita. Aku menanyakan hidupnya, dia menjelaskan. Lalu kami terdiam cukup lama, tanpa suara mendengarkan dengung percakapan dari meja-meja lain. Dia menggeser duduknya, dan mengamatiku dari samping. Dia menatapku cukup lama sehingga yang bisa kulakukan adalah menatapnya balik. "Apa?" tanyaku dengan sedikit terganggu.

"Lo pakai behel,ya?" Aku tertawa, sambil sedikit menutupi mulutku agar dia tak bisa melihat jelas.

"udah lama kaliii," jawabku sambil tersenyum. Dia cuma memandangku. Aneh. He looks startled.

"Mana coba liat," pintanya. Aku cuma menggeleng sambil tersenyum. Dia terbahak. "Sini liat," katanya lagi kali ini sambil berusaha memegang daguku. Aku terhenyak, dan kucoba untuk menepis tangannya. Aku belum siap untuk sentuhan apapun darinya.

Mungkin ketidaknyamananku tergambar jelas, yang pasti dia lantas juga menarik tangannya. seolah-olah kaget dengan reaksinya sendiri. Kami terdiam lagi, kali ini terasa hening.



Pikiranku kembali ke hari ini, dan kusadari keadaannya juga hening. CD apapun tadi yang sedang kudengarkan sudah berhenti berputar. Sudut bawah komputerku berkedap-kedip, ada sebuah pesan masuk.

:gimana kemarin?

seorang temanku bertanya. aku tersenyum tipis, sedikit menyesali keputusanku untuk menceritakan tentang rencana pertemuan itu padanya.

= it went well

aku membalas

:detail please... x((

aku terbahak.

=later okay

:fine...! huh sok rahasia... xP

tawaku makin keras melihat jawabannya. Setengah tersenyum kupandangi peracakapan singkat tadi sambil memikirkan apa yang harus kukatakan pada temanku tadi.

Aku mengklik kotak-kotak kecil pada layar komputerku, dan akhirnya membuka sebuah halaman kosong. Apapun yang kurasakan sekarang pekerjaanku tetap harus kuselesaikan. Kupandangi layar kosong tadi, shit, otakku sama kosongnya dengan layar ini.

Aku mengetuk-ngetukkan pulpenku seirama dengan garis kursor yang berkedap-kedip, lalu kuambil HP-ku. Aku ingin mengontaknya. SMS, telpon, apapun, yang penting menghubunginya. Mendengar suara atau mengetahui kabarnya. Tuhan, rasnya aku sudah gila.

Dengan berat hati kuletakkan lagi HP ku. Aku tak suka keadaan ini, rasanya seperti kembali ke beberapa tahun lalu dan sumpah, aku tak mau mengalaminya lagi. Hhh...

Aku rasa, aku jatuh cinta, lagi.

it could be nothing, or something.but i wish it wouldn't be everything

so,i met him yesterday.it went nicely.we talk,and talk,and talk.there were silent moment of course,but even those moments felt nice.i cant help but notice that the more we talk the closer space between us in that worn out couch.and the more i hate the fact that i had to go back to my office.he seemed share the same feeling though,due to the look on his face everytime i asked, "udah?mau balik?".
we do our best to prolong it,until there's nothing we can do but go back.

but the worst of it was,im craving for more.hhh...

headache,heartache,toothache,,u name it,i have it all

sebenarnya gue pengen deh punya blog yang isinya ringan,lucu,dan menghibur.tapi ga tau kenapa setiap gue buka page ini bawaannya pengen curhat dan mengasiani diri sendiri terus.

kaya sekarang,gue lagi mau mengeluh lagi.kepala gue sakit,semangat gue merosot,hati guee...well,hati gue lagi setengah mati berharap buat bisa berdetak normal lagi.buat bisa jadi sedikit berpacu agak kencang,bikin gue merasa dag dig dug lagi.tapi kayaknya hati gue rehat.rehat buat merasakan.yang sepertinya jadi bikin otak gue jadi punya keinginan yang sama,ingin rehat dari berpikir.

hati gue itu aneh,saat gue setengah mati berharap dia buat mati rasa,tiba-tiba dia dipenuhi oleh rasa yang sama sekali yang gue ingini ada disana.tapi saat gue lagi pengen dia terisi oleh sesuatu,ternyata dia kosong,kosong tapi pengap.yang bikin dia nggak memungkinkan buat diisi apapun yang baru lagi.hati gue jadi kayak ruang hampa,kosong tapi penuh.hm,kok gue jadi nggak ngerti maksud gue sendiri ya.

tadi gue baru aja cerita ke temen kantor gue.i said,"u know,i used to have a perfect boyfriend,a perfect relationship," and then of course she asked,"then what happened?"
well,what else,he died of course.there's no way something that good would last forever.and then she laugh and said that my life really is a drama.hahaha,she can be more right than that.

so,what now?what will my next chapter be like.

i hope it'll be the one that ended with the famous line,"and they live happily ever after" and it would be all.

amen.

smile

i cant stop smiling,and of course it makes me look silly, but who cares.
they finally there, those butterfly in my stomach,because the same old boy,but then again who cares.

let me just enjoy it,i want to keep them for awhile...

...

NARA

"I met a really beautiful girl yesterday," seloroh Caesar sambil membanting badannya di bangku samping gue.
"So?" gue nanya balik sambil males-malesan. Bukannya gue nggak peduli, tapi Caesar meets beautiful girls all the time, and those beautiful girls also find him beautiful, if you know what i mean.
"No, I'm serious, man. You have to meet this girl, she really IS beautiful. Seakan-akan dia bukan datang dari dunia ini," lanjutnya lagi. Mau nggak mau penjelasannya bikin gue penasaran, dan waktu gue memutar badan gue supaya bisa lebih menyimak ceritanya he has this dreamy look on his face. Sesuatu yang belum pernah gue liat di muka Caesar sebelumnya.
"That beautiful, huh?" tanya gue lagi. Caesar cuma mengangguk kecil, mukanya masih menampakkan ekspresi terpana dan seolah-olah bermimpi tadi.
Seperti para gadis yang sering dia ceritain, Caesar juga dikaruniai muka yang luar biasa tampan. Mungkin gue terdengar gayish but trust me, semua orang, kecuali orang buta tentunya, bakal bilang hal yang sama kayak gue. Mungkin itu karena darah campurannya, atau mungkin karena dia anaknya seorang supermodel terkenal, atau mungkin itu karena turunan bangsawan bapaknya, apapun itu, semua hal tadi ngasih dia penampilan yang bikin cewek manapun bertekuklutut."So, when will you meet her again?" tanyaku. Caesar masih diam, "lo bakal ketemu dia lagi kan? Atau lo akhirnya berhasil ketemu cewek yang nggak tertarik sama lo?" Kata-kata gue tadi sukses bikin dia meringis.
"Naah,i'll meet her again. Maybe she looks ethereal, but thankfully she still normal," ujarnya sambil tertawa. Aku cuma mendengus. Yeah, Caesar and his conquest. Semoga saja yang kali ini berakhir nggak terlalu buruk.


CAESAR
Nara masih sibuk dengan gitarnya. Sekali-kali tangannya berpindah dari senar ke sebatang rokok kretek yang hampir nggak pernah lepas dari mulutnya. Gue nggak ngerti kenapa Nara suka banget rokok jenis itu, but sometimes selera dia memang aneh banget. Kadang gue suka ngerasa Nara hidup di jaman yang salah. Mungkin harusnya dia lahir di jaman bokap gue dulu. Selera musiknya, jenis rokoknya, kopinya, dan tentunya pola pikirnya jauh lebih tua dari umurnya yang baru 17 tahun. Gue aja yang udah 18 tahun nggak setua itu.
Gue sama Nara udah main bareng sejak SD. nggak tau kenapa kok gue bisa deket banget sama manusia itu, mungkin karena dia satu-satunya orang yang nggak terintimidasi sama tampang gue. Dari kecil gue emang udah ganteng, silahkan muntah sesuka lo, tapi i'm just being honest. Tampang gue jauh diatas rata-rata tampang standar orang Indonesia yang biasanya beridung nggak terlalu mancung (kalau nggak mau dibilang pesek), berkulit gelap, dan punya tinggi rata-rata 165 cm. Mungkin karena gue emang nggak 100% Indonesia. Nyokap gue setengah brazil setengah Bali. Bokap gue keturunan kraton, sekarang dia jadi diplomat yang kerjaannya muter-muter mulu, bikin dia n nyokap jadi jarang banget di rumah. Good money though.
Oh salah satu lagi keuntungan jadi gue, i have a thick wallet. Jadi cewek mana yang nggak mau sama gue, udah ganteng kaya pula lagi. Paket lengkap, kan? jadi menurut gue wajar aja kalau gue jadi sedikit playboy and kurang menghargai mereka. Those girls, when it comes to me, is just so easy to get. Tapi cewek yang gue ceritain ke Nara tadi adalah pengecualian. Dia kayak peri, bidadari..yah makhluk-makhluk khayal itu lah. Cantik banget!


SENJA

Hm, rumahku kosong. Kemana ya orang-orang? Kuintip kamar Kak Bulan dan Kak Bunga, tapi kayaknya kakak kembarku itu sedang nggak ada. Huh, aku membuang nafas dengan keras, dan membuat poniku terangkat. Bakal bengong lagi deh sore ini. Ngapain ya...?
Sambil melangkah gontai aku memasuki kamarku, jauh lebih rapi dibanding waktu kutinggal tadi pagi. Kulempar tas ku keatas kasur, dan berjalan ke walk-in closet untuk memilih baju.
Samar-samar kudengar hand phoneku berbunyi, tapi mau buru-buru mengangkatnya juga malas, jadi kubiarkan saja HPku berbunyi. Akhirnya siapapun itu yang menelponku menyerah juga. Setelah mengambil sebuah camisol pink, dan celana khaki selutut, aku keluar.
Aku membuka jendela kamar, dan membiarkan angin segar masuk. Walaupun matahari bersinar terik, tapi angin bertiup cukup sering, seolah-olah berusaha mengusir rasa panas yang disebabkan si matahari. Berenang seru juga nih, pikirku. Tapi lantas teringat HPku yang tadi berbunyi. Caesar.
Ya ampun, cowok ganteng tadi menelponku. Jantungku rasanya langsung berdegup nggak karuan. Duh, kenapa tadi nggak kuangkat aja sih! Sambil mengutuk-ngutuk dalam hati, aku menekan nomor Caesar. Tapi langsung kubatalkan. Setengah panik, aku menatap layar HPku. Kalau kutelpon balik bakal ketauan banget nggak sih kalau aku naksir sama dia? Tapi kalau Caesar memang mengharapkan buat ditelpon balik gimana? Duuuh, serba salah. Tapi aku memang pengen ngobrol sama dia lagi sih, ya udah deh kutelpon lagi aja. Berbarengan dengan angka pertama yang kutekan, telpon ku itu berbunyi lagi. Caesar. Sambil tersenyum senang, aku bersiap menjawab.


to be continued...

hari rabu nan biru

karena baru ganti lay out jadi lebih semangat nulisnya,huehue...

hari ini juga semangat sih,karena ada janji jumpa temu sama nand n mel di grand indonesia,sengaja minta jam 2,karena biasanya duit gajian masuk ke rekening pas jam segitu,hahaha.

lalu nanti juga bakal ada interview sama si stylist terkenal itu,chitra subyakto.can hardly wait,kalau dari hasil smsan dia terkesan sangat baik dan ramah.pengen jadi kayak diaa...tapi buta mode xD

________________

AKAP (Antar Kota Antar Propinsi)

so...let me tell u one of my stupid act last friday. seperti biasanya di hari itu gue mau pulang naik kereta.gue berencana mau naik yang jam 17.29 (i dont why the put the schedule in an odd time like that,why not just 17.30, does 1 minute really make a difference?) tapi karena gue sampai di stasiun jam 17.10, gue memutuskan untuk menyebrang ke peron dua (kereta ke serpong ada di peron 1)buat nebeng kereta apapun yang kearah manggarai.kenapa?karena kereta jam segitu itu sangatlah penuh, kemungkinan gue buat dapet tempat duduk itu kecil banget, kalau gue naik dari manggarai keretanya bakalan lebih kosong jadi gue bisa duduk.

nggak lama setelah gue nyebrang...datanglah kereta tujuan bojong (bogor)tanpa pikir panjang lagi, gue langsung naik kereta yang lumayan penuh itu,but what the hell,toh gue cm nebeng satu stasiun sampe manggarai doang.dengan sabar,gue menunggu kereta itu sampai manggarai.1 menit,2 menit,3 menit...7 menit,akhirnya kereta itu sampailah di stasiun manggarai.gue yakin banget soalnya gue mulai melihat banyak rel,dan ada kereta buat keluar kota.tapi anehnya,kok kereta gue ga berhenti yaaa...gue pikir,oh mungkin belum,mungkin kereta ini berhentinya agak diujung.boo...tapi udah sampai tuh peron abis kereta ini ga berhenti2 juga,melambat pun enggak. paniklah gue...ya iya dong,ini kereta menuju bogor gituuu,mau dibawa sampe mana gueee....rumah gue ada diujung sebelah sananya gitu.

gue dah panik tuh,tapi tetep sok cool,soalnya mau teriak2 n panik pun nih kereta ga bakal berhenti gitu (ya iyalah emangnya kopaja) gue masih berharap dia bakal berhenti di tebet atau cawang,at least kan ga jauh2 amat dari manggarai,jadi gue masih bisa balik n ngejar kereta yang ke serpong.

ternyata oh ternyata...kereta ini ga berhenti di stasiun manapun yang gue sebutkan tadi.sesuai namanya,jalan kereta ini emang express banget,dan gue dengan mata nanar cuma bisa melihat berbagai stasiun yang dilewatin.mulai dari dua stasiun tadi,trus kalibata,pasar minggu,tanjung barat,lenteng agung,dan stasiun kampus gue tercinta, universitas indonesia.akhirnya kereta gue berhenti juga...di PONDOK CINA.argh!

oh dan tentunya sepanjang jalan menuju depok tadi gue berpapasan dong sama kereta yang mau keserpong,dan berarti gue dah ga mungkin banget bisa ngejar kereta yang jam 17.29 itu.

untungnya (hey,im a positive person) begitu kereta gue berhenti di stasiun barengan sama kereta ekonomi yang menuju kota dateng,jadilah gue langsung berlari-lari,menembus ujan (emang ujan beneran bo) menyebrangi stasiun buat naik kereta itu.fiuh, untung kekejar.akhirnya gue bisa kembali ke manggarai buat mengejar the next train to serpong.tapi pas gue naik kereta itu gue sempat panik takut ditagihin tiket sih,karena sebenarnya kan gue penumpang gelap,ga beli tiket,baik yang buat ke depok atau buat ke manggarai,gue cm mengantongi satu tiket seharga 8ribu perak yang bertuliskan sudirman-serpong.

untungnya lagi,selama gue menaiki kedua kereta itu sama sekali ga ada mas2 penjual tiket yang berkeliaran.dan jadinya petualangan gue dihari itu hanya menghabiskan uang sebesar 8 rb perak,padahal gue dah lintas kota lintas propinsi. (DKI Jakarta - Jawa Barat - DKI Jakarta - Banten)it's a good thing karena sisa uang di dompet gue cuma tinggal 12 ribu perak.

and finally,gue sampe dirumah,safe n sound,pada pukul 20.00 (kalau gue naik jam 17.29 gue sampe rumah sekitar jam setengah tujuhan tuh)

ya begitulah...