RSS

another unfinished story


KOMEDI PUTAR


Serena menyandarkan badan mungilnya pada pagar pembatas. Ditatapnya komedi putar yang sedang berputar pelan itu dengan tatapan kosong. Angin malam yang berhembus membuat gadis itu sesekali menggigil, apalagi pakaiannya hanya celana pendek dan kamisol.
“Mau naik?” sebuah suara tiba-tiba terdengar dan mengagetkan Serena. Dia tersenyum tipis sebelum berbalik badan.
“Kok Adit ada disini?” tanyanya sambil tersenyum lebar.
Yang ditanya cuma mengangkat bahu dengan malas. “Menurut lo kenapa?” Adit menjawil hidung Serena. “Ada anak kecil nekat kabur dari rumah, dan gue kena titah harus nyari,” lanjutnya dengan muka sewot.
Serena terkekeh, yang bikin muka Adit makin merenggut sebal. “Udah dari jam berapa lo disini?”
“Dari sebelum gelap,” jawab Serena. Adit hanya diam. Diulurkannya tangannya yang langsung disambut oleh Serena.
“Terus, udah naik apa saja?” Serena hanya menggeleng pelan. “Ck, sayang banget, sih.” Gerutu Adit pelan.
“Kan males Dit, naik mainan sendiriii...” Serena memonyongkan bibirnya dan memasang muka memelas.
“Nah, trus lo ngapain kesini kalau nggak mau naik apa-apa?” Ditanya begitu Serena hanya diam, dan menunduk. “Lo naik apa kesini?” Adit bertanya pelan sambil tangannya memegang dagu Serena.
“Naik taxi,”Serena berusaha melihat ke arah lain, dan nggak mau menatap langsung ke arah Adit.
“Habis berapa?”
“seratusan...”
Adit berdecak. “berarti hampir dua ratus sama tiket, kan?” Serena mengangguk lagi. “Terus semua itu cuma biar lo bisa melototin mainan-mainan ini?” Serena nggak menjawab apa-apa. Akhirnya matanya menatap mata Adit. Tapi sekarang mata itu berkilau dibawah lampu, basah karena air mata.
Adit mendesah. Dengan sedikit kasar ditariknya Serena ke dadanya. Dibiarkannya gadis itu terisak-isak disana. Masih tanpa suara Adit membelai rambut Serena lembut. “lain kali kalau mau pergi-pergi, gue jangan lupa diajak, at least kan kita bisa patungan taxi...” kali ini Adit bisa merasakan bahu Serena berguncang karena tawa. “Sssh, udah ah nangisnya. Masih ada setengah jam nih, lo mau naik apa?”
Serena melepaskan diri dari Adit, dengan asal dia menghapus airmatanya, “Adit mau naik apa?” Adit hanya mengangkat bahu dengan gaya khasnya. “Hmm, ya udah, kalau gitu kita naik gajah-gajahan aja yuk... aku lagi malas naik yang heboh-heboh,” katanya sambil menarik tangan Adit menuju tempat permainan itu.
Adit hanya pasrah dan membiarkan dirinya ditarik ketempat permainan yang dibuat khusus untuk anak-anak itu. “Adit...” dia mendengar Rena berbisik pelan, “kita bakalan sama-sama terus,kan? Nggak kayak Mama dan Papa?”
“Pasti...”bisiknya.

***

fiction:something that i wrote, something that i made up

i miss him. Damn,this is not good. Sambil sibuk mengutak-ngatik dicsman pinjaman, kuingat-ingat lagi kejadian kemarin.


"Hey.. Macet ya?" dia berdiri buat menyambut kedatanganku. Aku tersenyum lebar dan mengambil tempat duduk disampingnya.

"Nggak, tapi sopir gue ambil jalannya aja ngaco, jadi muter-muter gitu," gerutuku. Dia mengangguk sambil memindahkan tasnya agar dudukku lebih nyaman. Sambil sedikit merapikan meja yang bertebar berbagai catatannya dia menanyakan ruteku sepintas, yang kujawab dengan keterangan tak jelas. Setelah dudukku nyaman kuteliti kertas menu. DIa memandang sekeliling kami.

"mau pindah nggak, kesitu?" tanyanya sambil menunjuk sebuah sofa panjang berwarna merah yang memang terlihat lebih nyaman dibanding tempat duduk kami sekarang.

"boleh," jawabku.

Dia sempat menghilang untuk mencari pelayan, jadi aku duduk di sofa itu sendiri. Kupandangi kafe kecil itu. Nuansanya kecoklatan, cahaya yang mengisi ruangannya terlihat suram, hanya berasal dari sebuah jendela besar di salah satu dindingnya. Ruangan itu sedikit pengap, dipenuhi asap rokok yang mengepul di dalam ruangan ber AC ini. Aku hanya bisa melihat siluet para pengunjung lain yang memenuhi lantai dua tempat ini. Aku menyukainya. Tempat ini mendukung pertemuan kami yang sifatnya memang agak rahasia.

Dia sudah datang kembali, dan duduk disampingku. Aku tersenyum tipis oleh fakta ini mengingat dulu dia pernah bilang posisi ini konyol, karena membuat kami terlihat seperti penonton bioskop tanpa layar untuk diamati. Tapi toh belakangan dia mengakui, bisa duduk disampingku jauh lebih penting dibanding posisi keren manapun.

Dia lalu menyakan kisahku, aku bercerita. Aku menanyakan hidupnya, dia menjelaskan. Lalu kami terdiam cukup lama, tanpa suara mendengarkan dengung percakapan dari meja-meja lain. Dia menggeser duduknya, dan mengamatiku dari samping. Dia menatapku cukup lama sehingga yang bisa kulakukan adalah menatapnya balik. "Apa?" tanyaku dengan sedikit terganggu.

"Lo pakai behel,ya?" Aku tertawa, sambil sedikit menutupi mulutku agar dia tak bisa melihat jelas.

"udah lama kaliii," jawabku sambil tersenyum. Dia cuma memandangku. Aneh. He looks startled.

"Mana coba liat," pintanya. Aku cuma menggeleng sambil tersenyum. Dia terbahak. "Sini liat," katanya lagi kali ini sambil berusaha memegang daguku. Aku terhenyak, dan kucoba untuk menepis tangannya. Aku belum siap untuk sentuhan apapun darinya.

Mungkin ketidaknyamananku tergambar jelas, yang pasti dia lantas juga menarik tangannya. seolah-olah kaget dengan reaksinya sendiri. Kami terdiam lagi, kali ini terasa hening.



Pikiranku kembali ke hari ini, dan kusadari keadaannya juga hening. CD apapun tadi yang sedang kudengarkan sudah berhenti berputar. Sudut bawah komputerku berkedap-kedip, ada sebuah pesan masuk.

:gimana kemarin?

seorang temanku bertanya. aku tersenyum tipis, sedikit menyesali keputusanku untuk menceritakan tentang rencana pertemuan itu padanya.

= it went well

aku membalas

:detail please... x((

aku terbahak.

=later okay

:fine...! huh sok rahasia... xP

tawaku makin keras melihat jawabannya. Setengah tersenyum kupandangi peracakapan singkat tadi sambil memikirkan apa yang harus kukatakan pada temanku tadi.

Aku mengklik kotak-kotak kecil pada layar komputerku, dan akhirnya membuka sebuah halaman kosong. Apapun yang kurasakan sekarang pekerjaanku tetap harus kuselesaikan. Kupandangi layar kosong tadi, shit, otakku sama kosongnya dengan layar ini.

Aku mengetuk-ngetukkan pulpenku seirama dengan garis kursor yang berkedap-kedip, lalu kuambil HP-ku. Aku ingin mengontaknya. SMS, telpon, apapun, yang penting menghubunginya. Mendengar suara atau mengetahui kabarnya. Tuhan, rasnya aku sudah gila.

Dengan berat hati kuletakkan lagi HP ku. Aku tak suka keadaan ini, rasanya seperti kembali ke beberapa tahun lalu dan sumpah, aku tak mau mengalaminya lagi. Hhh...

Aku rasa, aku jatuh cinta, lagi.

it could be nothing, or something.but i wish it wouldn't be everything

so,i met him yesterday.it went nicely.we talk,and talk,and talk.there were silent moment of course,but even those moments felt nice.i cant help but notice that the more we talk the closer space between us in that worn out couch.and the more i hate the fact that i had to go back to my office.he seemed share the same feeling though,due to the look on his face everytime i asked, "udah?mau balik?".
we do our best to prolong it,until there's nothing we can do but go back.

but the worst of it was,im craving for more.hhh...

headache,heartache,toothache,,u name it,i have it all

sebenarnya gue pengen deh punya blog yang isinya ringan,lucu,dan menghibur.tapi ga tau kenapa setiap gue buka page ini bawaannya pengen curhat dan mengasiani diri sendiri terus.

kaya sekarang,gue lagi mau mengeluh lagi.kepala gue sakit,semangat gue merosot,hati guee...well,hati gue lagi setengah mati berharap buat bisa berdetak normal lagi.buat bisa jadi sedikit berpacu agak kencang,bikin gue merasa dag dig dug lagi.tapi kayaknya hati gue rehat.rehat buat merasakan.yang sepertinya jadi bikin otak gue jadi punya keinginan yang sama,ingin rehat dari berpikir.

hati gue itu aneh,saat gue setengah mati berharap dia buat mati rasa,tiba-tiba dia dipenuhi oleh rasa yang sama sekali yang gue ingini ada disana.tapi saat gue lagi pengen dia terisi oleh sesuatu,ternyata dia kosong,kosong tapi pengap.yang bikin dia nggak memungkinkan buat diisi apapun yang baru lagi.hati gue jadi kayak ruang hampa,kosong tapi penuh.hm,kok gue jadi nggak ngerti maksud gue sendiri ya.

tadi gue baru aja cerita ke temen kantor gue.i said,"u know,i used to have a perfect boyfriend,a perfect relationship," and then of course she asked,"then what happened?"
well,what else,he died of course.there's no way something that good would last forever.and then she laugh and said that my life really is a drama.hahaha,she can be more right than that.

so,what now?what will my next chapter be like.

i hope it'll be the one that ended with the famous line,"and they live happily ever after" and it would be all.

amen.

smile

i cant stop smiling,and of course it makes me look silly, but who cares.
they finally there, those butterfly in my stomach,because the same old boy,but then again who cares.

let me just enjoy it,i want to keep them for awhile...