RSS

Cowok Kereta

“Eh itu ya, cowok CCP-an lo?” kata Mba Marni pagi itu waktu gue dengan asalnya melempar pantat duduk disampingnya.
“Heh? Yang mana, Mba?” jawab gue sambil celingukan, walau berusaha nggak terlalu ketara. Sampai akhirnya gue melihat seorang cowok yang duduk di bangku dekat pintu kereta. Yah, kami semua memang sedang di kereta. Kendaraan yang bak ular naga panjangnya setiap hari gue naiki dalam rangka mencapai kantor. “Hihihi,iya Mba, kok tahu, sih?”
“Ya gimana enggak, keliatan banget gitu,” Mba Marni menjawab dengan gaya juteknya yang biasa.
“Hah, siapa yang keliatan banget? Aku, Mba? Wah gawat dong…!” Wajar dong kalau gue panik. Walaupun gue emang ngegebet cowok itu, tapi bukan berarti gue pengen maksud hati gue terpampang sejelas itu.
“Bukan, dodol. Dianya…”
Gue cuma mengikik genit. Kesenangan sendiri. Ya iyalah, gimana enggak. Kalau Mba Marni aja yang pertama lihat langsung sadar, berarti gue selama ini nggak ke-geer-an dong. Cowok itu MEMANG ngeliatin gue.
“Udah kali sana samperin, ngapain juga lo duduk di samping gue.”
Gue cuma bisa melongo, dan memandang Mba Marni dengan tatapan nggak percaya. Mba Marni itu sekretarisnya bos gue, di kantor terkenal sama kegalakkan dan kejutekkan. Kok tiba-tiba malah dengan yakinnya nyuruh gue nyamperin cowok yang nggak gue kenal buat, yah, ngajak kenalan?
“Nggak ah, malu. Hehehe…”
Mba Marni cuma mendengus nggak sabar, lalu kembali asik membolak-balik Koran yang sebelumnya lagi dia baca sebelum gue datang. Nggak ada kerjaan, ya gue mulai lah ritual keseharian gue seminggu belakangan ini. Yaitu, lihat-lihatan sama si cowok asing. Hahaha, rada pathetic emang, umur segini masih aja kelakuan kayak anak SMP.
Memangnya siapa sih cowok itu? Jujurly, gue juga nggak tahu, hahaha. Yang pasti sudah beberapa hari lamanya setiap kali di kereta kita berdua pasti asik sendiri colong-colongan pandang. Dia yang mulai, lho, bukan gue. Gue sih cuma ngeladenin aja, walau akhirnya malah penasaran setengah mati.
Actually, he’s NOT that good looking, but quite attractive. Gue juga nggak bakal notice dia kalau nggak mergokin dia ngeliatin gue. Ge-er much? Ya, nggak apa-apa lah. Kalau menurut deskripsi-nya Mba Marni, yang gue paksa jelasin saat ngelaporin kejadian tadi pada teman-teman di kantor, begini penampilannya,
“Tinggi, badannya lumayan tegap, kulitnya sawo matang. Ganteng lah…” yang langsung gue sanggah,
“Nggak ganteng kali Mba…”
“Ganteng lagi, yah lumayanlah,” tegasnya.
So, balik ke cowok misterius itu. Dia sekarang sudah jadi lumayan terkenal di kalangan teman-teman gue. Ya, apalagi kalau bukan karena gue nggak bisa berhenti ngomongin dia. Sampai beberapa teman kantor ikutan gemes, dan memaksa gue buat ngajak cowok itu kenalan duluan. Duh, sory dory mory deh. Apa kata dunia nanti. Halah, hahaha.
Sebenarnya, gue memang sudah gregetan banget sih sama situasi ini. Karena cara lihat-lihatan kami sudah berlebihan, I mean, everybody could see it, why don’t just he (ya dialah, masa gue) ask me already.

2 comments:

nandia said...

pancing ajaa. jatohin buku kek. pura2 salah duduk kek. jatohin diri sekalian kek karena kereta goyang. atau say hi aja kek ga usah ngajak kenalan. duh semoga nih cowok beneran bagus dalemnya. hahahah

nils said...

duuuh,aku meluuu,ahahahah xD